Tapi saat ini, saat stasiun-stasiun televisi di Indonesia tumbuh bermunculan seperti jamur di musim penghujan, kita semakin mudah menyaksikan tayangan televisi. Kita tinggal memencet remote dan memilih stasiun televisi sesuai selera. Ada musik, sinetron, berita, lawak bahkan gosip yang menjadi salah satu tayangan favorit.
Namun, tanpa kita sadari, lelevisi yang kita harapkan menjadi media informasi dan edukasi telah berubah menjadi tayangan yang lebih mementingkan kepentingan sepihak dengan dihadirkannya tayangan-tayangan yang cukup kontroversial. Mereka lebih suka menayangkan hiburan yang melenakan daripada tayangan yang bisa mendidik pemirsanya. Memang, tayangan yang "mencerdaskan" ditayangkan, seperti Berita, Kuis atau Discovery. Tapi coba kita teliti, berapa persen dari sekian stasiun televisi yang ada yang peduli dengan keadaan bangsa terutama remaja? Sangat jauh dari apa yang kita harapkan. Dan jika kita hanya diam saja dengan fenomena ini, tidak menutup kemungkinan kita lah yang akan menjadi korban dari "kejahatan" tayangan televisi yang semakin mengkhawatirkan ini.
MENUNTUN REMAJA UNTUK HIDUP HEDONIS
Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan menuju pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan dialami. Masa remaja memang usia labil, dalam arti usia tersebut adalah di mana kita butuh eksistensi. Kita ingin diakui oleh orang di sekeliling kita. Nah, kondisi ini membuat remaja rentan, mudah dipengaruhi.
Dan di zaman ini remaja sudah mulai terpengaruh oleh budaya Barat yang salah satunya disajikan melalui tayangan televisi. Sehingga apa yang mereka lihat ingin mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tayangan sinetron yang melulu menampilkan adegan yang tidak seharusnya dilakukan oleh remaja menjadi salah satu pemicu yang mengubah daya pikir remaja. Mental mereka mulai teracuni dan jika dibiarkan akan berakibat fatal. Kehidupan mereka akan menjadi amburadul tanpa kontrol.